Senin, 28 Mei 2012
icksan
icksan adalah seorang anak gembala yang berekolah di smp negeri 9 bekasi, tingkahnya sangat memalukan sekolah dan orangnya nyolot nama bapaknya rusman, dia orang padang tapi gak bisa bahasa padang. tapi dia tetap kece wkwkwk
Kamis, 17 Mei 2012
Senin, 14 Mei 2012
Cerpen
Nama : Aqil RAqmadhan Kurniadi
Kelas : 8-1
Alur Maju
Dulu benci sekarang cinta
Waktu aku pulang
sekolah, pada pukul 04.00 WIB , aku mampir dulu di toko aksesoris
sebelah barat SMA ku. Aku pergi ke toko aksesoris dengan temenku Karina. Kami berdua
akan membeli kaca mata untuk kado ulang tahun yang akan ku berikan kepada
temenku badroela, di pesta ulang tahunnya 3 hari ke depan nanti .
Pada saat aku
memasuki toko aksesoris, terlihat banyak siswa-siswi dari SMA 2 Pati yang juga
berada di sana. Aku dan karina pun langsung memilih kacamata tersebut. Kalau
tidak, nanti aku pulang ke rumah akan kesorean. Setelah aku sudah membayar
kacamata yang ku beli aku langsung keluar. Tiba-tiba di luar aku berpapasan
dengan suryanata. Dia adalah orang yang paling ku benci, dari dulu.
Karena dia pernah mengerjain aku, sampai aku di BK oleh guru. Padahal aku
tidak pernah memusuhi dia sebelumnya. Mungkin apa karena dia suka sama
aku ya.. haha..
Lalu, suasana yang
tadinya aku senang telah membeli kado kini menjadi buram. Kacamata yang telah
terbungkus samak dengan cantik dan rapi pun di ambil paksa oleh suryanata yang
akan di buka. Katanya, dia penasaran dengan isi kado itu. Lalu aku marah, dan
aku minta untuk mengembalikan kado tadi. Dia tetap mengejek dan tidak mau
memberikannya kepada ku.
Lalu, aku keluarkan
jurus andalanku yaitu ku incak kakinya. Dia langsung meringis kesakitan lalu
kadonya di lempar begitu saja. Aku pun langsung cepat-cepat mengambil kadonya
tadi. Eh, malah suryanata mengejar aku. Dia tau kalau isi kado itu adalah
kacamata.dia kan suka sekali dengan aksesoris kaca mata. Aku pun teriak-teriak
dan minta tolong pada temenku karina untuk siap menangkap kado lemparanku tadi
, karena aku di kejar suryanata.
Setelah itu, aku
berhenti berlari karena capek di kejar suryanata tadi. Eh malah si surya ada di
belakangku, aku pun minta maaf sama dia. eh dia malah tersenyum. Terus, pipiku
di cubit sampai merah, dan rasanya sakit. katanya itu balasan karena aku
tadi telah menginjak kakinya. Dia langsung aku tanya, kenapa dia sering jengkel
, ngerjain sama aku , dia tetap gak mau menjawab. Ya udah , aku pun langsung
pergi dan pulang.
Dia juga ikut pulang
dengan motornya, tapi di tengah perjalanan tadi, dia malah menyelip aku.
Sampai-sampai aku ingin marah lagi. Ohh.. ternyata dia mau minta maaf
sama aku tentang perbuatannya tadi, karena dia sadar, kalau perbuatan
jengkelnya itu telah membuatku sedih. Aku gak tau maksut dia bicara gitu,
tiba-tiba dia mau mengatakan cinta pada aku. Kalau di balik perbuatan jengkelnya
itu, dia menyimpan rasa terhadapku. Aku langsung kaget dan terkejut. Aku tidak
percaya, mungkin dia berbohong, atau ingin ngerjain aku lagi.
Tapi, dia bilangnya
malah serius, karena aku juga sebenernya suka sama dia lalu aku bilang
oke. Dia langsung senang sekali . tiba-tiba bensin dia habis di tengah jalan,
motor dia berhenti padahal waktu itu sudah mnejelang magrib. Karena aku tidak
tega melihat dia mendorong motornya sendirian , lalu aku ikut menemaninya. Aku
gak menyangka kalau selama ini, dia sering ngerjain aku ternyata itu sudah di
rencanakan. Peristiwa tadi sore itu pun juga sudah di rencanakan. Sekarang aku
sadar, bahwa aku dan dia saling membenci, malah sekarang cinta.
Alur Mundur
Judul : Luka
Adalah Cinta
Penulis : M. Irfan Hidayatullah, Dkk.
Penerbit : Afra Publishing, Surakarta
Cetakan : I, Agustus 2009
Tebal : 104 halaman
ISBN : 978-979-1397-57-5
“Dialah tubuh yang akrab dengan debu. Dialah sosok yang tak punya esok. Seorang gadis tergeletak di trotoar. Kendaraan hanya menderu seperti angin yang tak pernah singgah...”
M. Irfan Hidayatullah menulis alur mundur dalam cerpennya Gadis yang Tergeletak di Trotoar yang dikutip pada kalimat pembuka di atas. Cerpen ini bercerita tentang dunia seorang gadis remaja berusia 17 tahun, yang hari-harinya penuh dengan keceriaan. Kedua orang tuanya pekerja sukses yang terlalu sibuk mengurusi kerjanya. Doktrin kepada anaknya, Bintang, agar selalu berprestasi di sekolah, aktif berorganisasi, cepat pulang ke rumah, dan rajin belajar. Namun siapa sangka, semua doktrin itu menjadikan si anak jenuh dan merasa terkungkung dengan rutinitas kehidupannya. “Namun, pada benak gadis itu berjejal cita-cita sederhana dari sebuah kecemburuan. Ia ingin seperti anak-anak tetangganya yang tertawa lepas...” (hal. 7)
Ending cerpen ini tragis. “Siang itu ia hanya menjerit sedikit. Ia tidak sempat berbuat apa. Ia dibekap kemudian terlelap. Di lorong parkir sebuah mall kehidupannya terhenti, padahal beberapa jam sebelumnya ia adalah gadis ceria yang mulai menemukan teman atau bahkan sahabat. Mereka mencari-cari cuaca di mall…” (hal. 8)
Cerpen Gadis yang Tergeletak di Trotoar adalah salah satu cerpen sederhana yang memiliki latar cerita menarik. Alur maju-mundur yang ditulis pengarang memberikan warna artistik dalam penulisan cerpen itu. Sejak awal membacanya sudah mengundang tanda tanya dan penasaran pembaca untuk terus membacanya hingga akhir. Sayang, cerpen ini terlalu pendek.
Dalam buku ini terdapat 11 cerpen lainnya, selain yang ditulis M. Irfan Hidayatullah. Cerpenis-cerpenis itu adalah, Sakti Wibowo (Lutut), Afifah Afra (Menanti Cinta Sejati), Rahmadiyanti (Kepak Maut Kelelawar Hitam), Fahri Asiza (Ini Bukan Gerimis Terakhir), Gola Gong (Backpaker Surprise), Muthmainnah (Refund yang No Fund), Ifa Avianty (Keabadian), Rianna Wati (Aroma Masakan Tetangga), Aries Adenata (Wanita dan Air Surga), Deasylawati P (Pengangguran), dan Denny Prabowo (Dilarang Menjala Ikan di Hari Sabtu).
Cerpen lainnya yang cukup menarik berjudul “Lutut” yang ditulis Sakti Wibowo. Cerpen ini bercerita tentang seorang penjudi bernama Dirjo yang melihat keanehan pada lututnya. Lututnya membengkok ke belakang, sehingga susah berjalan. Ending dialognya sebagai berikut;
“ Ada apa dengan lututmu?”
“Tempurungnya berpindah ke belakang.”
“Oh, Tuhan! Lantas bagaimana kau rukuk dan sujud kepada Tuhan jika tempurungmu berada di belakang?”
“Aku tak pernah rukuk dan sujud.”
“Kalau begitu, bagaimana kau akan bertemu Tuhan?”
“Aku…”
“Kalau kau tak mau rukuk dan sujud, untuk apa kau menuntut takdir lututmu sekarang?”
“…!!!” (Cerpen Lutut, Sakti Wibowo, hal. 16)
Secara keseluruhan ke-12 cerpen yang dimuat dalam buku ini sangat menarik. Temanya beragam. Alur ceritanya pun dikemas secara sederhana namun memiliki kedalaman makna. Tak salah buku ini menjadi bahan bacaan keluarga anda.
Penulis : M. Irfan Hidayatullah, Dkk.
Penerbit : Afra Publishing, Surakarta
Cetakan : I, Agustus 2009
Tebal : 104 halaman
ISBN : 978-979-1397-57-5
“Dialah tubuh yang akrab dengan debu. Dialah sosok yang tak punya esok. Seorang gadis tergeletak di trotoar. Kendaraan hanya menderu seperti angin yang tak pernah singgah...”
M. Irfan Hidayatullah menulis alur mundur dalam cerpennya Gadis yang Tergeletak di Trotoar yang dikutip pada kalimat pembuka di atas. Cerpen ini bercerita tentang dunia seorang gadis remaja berusia 17 tahun, yang hari-harinya penuh dengan keceriaan. Kedua orang tuanya pekerja sukses yang terlalu sibuk mengurusi kerjanya. Doktrin kepada anaknya, Bintang, agar selalu berprestasi di sekolah, aktif berorganisasi, cepat pulang ke rumah, dan rajin belajar. Namun siapa sangka, semua doktrin itu menjadikan si anak jenuh dan merasa terkungkung dengan rutinitas kehidupannya. “Namun, pada benak gadis itu berjejal cita-cita sederhana dari sebuah kecemburuan. Ia ingin seperti anak-anak tetangganya yang tertawa lepas...” (hal. 7)
Ending cerpen ini tragis. “Siang itu ia hanya menjerit sedikit. Ia tidak sempat berbuat apa. Ia dibekap kemudian terlelap. Di lorong parkir sebuah mall kehidupannya terhenti, padahal beberapa jam sebelumnya ia adalah gadis ceria yang mulai menemukan teman atau bahkan sahabat. Mereka mencari-cari cuaca di mall…” (hal. 8)
Cerpen Gadis yang Tergeletak di Trotoar adalah salah satu cerpen sederhana yang memiliki latar cerita menarik. Alur maju-mundur yang ditulis pengarang memberikan warna artistik dalam penulisan cerpen itu. Sejak awal membacanya sudah mengundang tanda tanya dan penasaran pembaca untuk terus membacanya hingga akhir. Sayang, cerpen ini terlalu pendek.
Dalam buku ini terdapat 11 cerpen lainnya, selain yang ditulis M. Irfan Hidayatullah. Cerpenis-cerpenis itu adalah, Sakti Wibowo (Lutut), Afifah Afra (Menanti Cinta Sejati), Rahmadiyanti (Kepak Maut Kelelawar Hitam), Fahri Asiza (Ini Bukan Gerimis Terakhir), Gola Gong (Backpaker Surprise), Muthmainnah (Refund yang No Fund), Ifa Avianty (Keabadian), Rianna Wati (Aroma Masakan Tetangga), Aries Adenata (Wanita dan Air Surga), Deasylawati P (Pengangguran), dan Denny Prabowo (Dilarang Menjala Ikan di Hari Sabtu).
Cerpen lainnya yang cukup menarik berjudul “Lutut” yang ditulis Sakti Wibowo. Cerpen ini bercerita tentang seorang penjudi bernama Dirjo yang melihat keanehan pada lututnya. Lututnya membengkok ke belakang, sehingga susah berjalan. Ending dialognya sebagai berikut;
“ Ada apa dengan lututmu?”
“Tempurungnya berpindah ke belakang.”
“Oh, Tuhan! Lantas bagaimana kau rukuk dan sujud kepada Tuhan jika tempurungmu berada di belakang?”
“Aku tak pernah rukuk dan sujud.”
“Kalau begitu, bagaimana kau akan bertemu Tuhan?”
“Aku…”
“Kalau kau tak mau rukuk dan sujud, untuk apa kau menuntut takdir lututmu sekarang?”
“…!!!” (Cerpen Lutut, Sakti Wibowo, hal. 16)
Secara keseluruhan ke-12 cerpen yang dimuat dalam buku ini sangat menarik. Temanya beragam. Alur ceritanya pun dikemas secara sederhana namun memiliki kedalaman makna. Tak salah buku ini menjadi bahan bacaan keluarga anda.
Alur flashback
Mimpi yang sempurna
Para pemain lain juga bersedih,
segera saja Pak Roberto, Pelatih CFC menghibur kami semua, “ Apa arti
kemenangan bagi kalian?” tanyanya. Serentak kami menjawab, “ Mencapai
keinginanan diri atas sesuatu yang kita inginkan” memang itu yang selalu
pelatih kami ucapkan saat kita kalah. “Nah, apa mencapai Final sudah menjadi
keinginan dan kebanggaan kalian?” tanyanya lagi kami berpikir sebentar, lau
kami menjawab,” Ya!” jawab kami gembira saat mengetahui jalan pembicaraan
tersebut. “ Mulai sekarang kami tak akan bersedih lagi jika sudah mencapai
tujuannya, Pak Roberto,” sambung kami. Dan pada tanggal 28 desember 2008 kami
pulang kembail kenegara kami semua. Sungguh suatu Turnamen yang melelahkan dan menggembirakan.
Aku memegang Sepatu Emas yang kuterima saat menjadi Man of The Match turnamen
itu. Kemudian di Koran Negara kami yang ternama tertulis “citizen Footbal Club
Bermain Sangat Indah dalam Piala Dunia antar SSB se dunia” Ya, kami puas dengan
kemenangan yang kami raih itu.
Jumat, 11 Mei 2012
Kamis, 10 Mei 2012
Langganan:
Postingan (Atom)